2 Orang Jatim Di Lahap Harimau

Posted by Unknown - - 0 comments
SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

2 Orang Jatim Di Lahap Harimau
2 Orang Jatim Di Lahap Harimau - Nasib tragis menimpa dua pekerja asal Kabupaten Pacitan. Di saat mengadu nasib di perantauan, keduanya harus mengakhiri hidup akibat diterkam harimau sumatera di hutan wilayah Kabupaten Bayung Lincir, Sumatera Selatan.

Kedua pekerja itu adalah Kateni (52), warga Dusun Kasihan, Desa Ketepung, Kecamatan Kebonagung, dan Tumardi (26), warga Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan.

Kateni yang baru sebulan bekerja sebagai karyawan PT Pratama Orbit Centuri Raya (POC) itu diterkam harimau hingga kepala dan badannya terpisah. Peristiwa itu terjadi Rabu (2/2) sekitar pukul 18.30, saat korban berada di hutan Bayung Lincir, merupakan lahan yang dikelola PT POC.
Saat itu, Kateni dan rombongan hendak makan malam bersama. Satu dari tiga temannya melihat ada harimau melintas di tempat itu. Mengetahui ada binatang buas, ketiga teman Kateni, yakni Suyatni, Maksiat, dan Jumawa bergegas pulang ke mes.aneh semua

Sedangkan korban yang saat itu tidak melihat ada harimau di dekat lokasi kerja mereka, masih menyempatkan diri pergi mengambil oli untuk mesin. Setelah mengambil oli, ia pun menyusul pulang ke mes.
Di mes tersebut, korban bersama rekan-rekannya sempat masak bersama. Dari sinilah, maut itu datang. Ketika Kateni mencuci tangan di dapur, tiba-tiba sang harimau mendekat. Karuan saja, Kateni bersama teman-temannya langsung berteriak dan lari sekencang-kencangnya.

Namun nahas. Saat berlari, ia terjatuh. Sementara kawan-kawan Kateni tidak melihat ke belakang karena masing-masing semburat menyelamatkan diri.
Setelah beberapa jam menunggu dan merasa aman, ketiga rekannya kembali. Mereka bersama-sama mencari Kateni.

Ketiganya kaget saat menemukan Kateni telah tewas bersimbah darah. “Waktu kami temukan, kepala dan badannya terpisah sekitar 300 meter. (Maaf) Alat vitalnya juga sudah tidak ada lagi,” kata Suyatni kepada Tribun Jambi (grup Harian Surya), Kamis (3/2). Suyatni tidak lain adalah adik korban.
Setelah menemukan Kateni dengan kondisi mengenaskan, rekan-rekan korban langsung membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi untuk diotopsi. Sekitar pukul 23.00 WIB jenazah korban tiba di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Menurut Suyatni, kejadian yang menimpa kakaknya sangat menakutkan. Ia dan rekan-rekan korban lainnya mengaku masih trauma atas kejadian itu. Apalagi melihat kondisi jasad Kateni.
“Kami tidak menyangka kondisinya sampai seperti itu. Kami akan membawa almarhum pulang ke kampung halamannya di Kebonagung,” ujarnya.

Sekadar diketahui, Kateni diketahui bekerja ke Sumatera sebagai tukang kayu. Ia berangkat bersama enam orang lainnya dari Pacitan, lewat seorang penyalur tenaga kerja, sekitar sebulan lalu.
Kamis (3/2) sore, jenazah Kateni tiba di Pacitan, namun tidak langsung dibawa ke rumah duka. Jenazahnya dibawa ke musala dan langsung dimakamkan.

Kades Ketepung Hadi Wiyono saat dihubungi Surya membenarkan warganya tersebut meninggal karena diterkam harimau di Sumatera. “Iya memang benar, Pak Kateni meninggal. Jenazahnya sudah tiba kemarin (Kamis sore) dan langsung dimakamkan. Kasihan, beliau meninggalkan seorang istri dan tiga anaknya,” ujar Hadi, Jumat (4/2).

Ketika ditanya apakah bagian tubuh korban memang terpisah akibat terkaman itu, Hadi mengaku korban mengalami luka sangat parah. Tapi, apakah bagian tubuhnya terpisah, ia tidak tahu pasti.
Kateni adalah salah satu dari puluhan warga Katepung yang bekerja di Sumatera. Selama ini, setiap musim tertentu, warga Ketepung bersama-sama sejumlah warga dari desa lainnya berangkat ke Sumatera untuk mencari kerja dengan sistem borongan.

Maklum, di Pacitan, mereka hanya bisa menggantungkan hidup pada pertanian atau nelayan jika mau bekerja di daerah pesisir. Sementara tanah di daerah itu, rata-rata tandus karena berada di kawasan bukit kapur.
“Setiap bulan ada sekitar 30 warga yang berangkat ke sana. Kebetulan, yang bekerja di tempat itu adalah Pak Kateni sendiri. Dia tidak ada teman dari desa sini, karena yang lain bekerja di Jambi dan Palembang,” papar Hadi.

Baru Menikah
Selain Kateni, ada satu warga Pacitan yang juga menjadi korban terkaman harimau, yakni Tumardi, warga Desa Jatigunung Tulakan, Kecamatan Tulakan. Kepala Desa Jatigunung, Mat Rukan, saat dihubungi menjelaskan, jenazah korban hingga semalam belum datang.
“Informasi yang saya terima, jenazahnya dikirim dengan pesawat. Saya mendapat kabar, jam 12.00 siang tadi jenazah sudah di Bandara Adisutjipto Jogjakarta dan diperkirakan tiba di Pacitan jam 16.00. Tapi, sampai sekarang belum datang,’’ ujarnya menjawab Surya tadi malam.
Menurut informasi yang diperoleh Mat Rukan, dari kakak Tumardi, yakni Tumarno, korban mengalami peristiwa yang sama dengan Kateni. Ia diterkam harimau hingga kepalanya lepas dari tubuhnya. Saat ditemukan, kepala itu sudah terpisah dari tubuhnya.

“Tumardi bersama kakaknya pergi ke Jambi untuk bekerja sebagai buruh tebang. Itu biasa dilakukan warga sini. Kami menyebutnya mbalak (menebang pohon untuk membuka hutan, red),” katanya.
Warga yang merantau seperti Tumardi dari Desa Jatigunung cukup banyak. Jumlahnya sekitar 80 orang. Mereka biasanya pergi merantau bersama-sama. Mereka berangkat tiga hingga empat bulan, kemudian pulang sebentar, lalu balik lagi

Ketika ditanya apakah Tumardi bekerja di lokasi yang sama dengan Kateni, Mat Rukan mengaku tidak tahu.
Sementara itu, rumah Tumardi sejak pagi kemarin sudah didatangi banyak pentakziah. Kedua orangtua korban, menurut Mat Rukan, sempat pingsan karena shock. Apalagi, kata dia, Tumardi diketahui belum lama menikah.
“Tapi, saya sendiri tidak hafal pasti. Dia dapat istri orang Kebonagung, saya tidak tahu apakah dia sering ke Sumatera, tempatnya bekerja itu,” tandasnya.
Selain Kateni dan Tumardi, informasi yang dihimpun Surya menyebutkan ada seorang lagi yang meninggal. Pekerja ini diketahui berasal dari Desa Plumbungan, Kecamatan Kebonagung.
Ia juga dikabarkan tewas akibat diterkam harimau. Namun sayang, hingga berita ini diturunkan, identitas korban ketiga ini belum diketahui.

Tewasnya ketiga warga Pacitan ini tentu menambah daftar panjang korban harimau sumatera. Jika ditilik dari para korbannya selama ini, semua peristiwa ini terjadi di dalam kawasan hutan.

Menurut beberapa ahli, ada tiga faktor yang membuat harimau mengamuk, yakni, usia harimau yang sudah tua, sehingga sudah tidak mampu lagi berkompetisi di tengah hutan untuk mencari mangsa. Merasa terganggu akibat kehilangan anak dan kehidupannya terusik akibat hutan tempat harimau tersebut tinggal dirusak.

Leave a Reply